Calon Pemimpin Bangsa

Pada hari jum’at setelah sholat jum’at saya bersama teman teman saya berkumpul di lapangan di depan lab istana mulia untuk memulai perjalanan menuju kampong Tapos, Cinangka untuk memulai safari moral. Tujuan safari moral adalah untuk menambah moral kita supaya tidak menjadi orang yang sombong dan menjadikan kita orang yang rendah hati. Kami semua sampai di kampong tapos jam 3 sore atau sekiranya waktu ashar dengan berjalan kaki dari istana mulia sampai kampong Tapos dengan jarak ± 3km dengan waktu sekitar ± 1jam. Sesampainya disana kita di bagi kelompok, 1 kelompok terdiri dari 2-3 orang. Kelompok itu di buat untuk menempati rumah warga yang ada di situ. Sesudah di bagikan kelompok saya bersama 2 teman saya bergegas ke rumah warga yang telah di tentukan. Nama kepala keluarga yang berada di rumah tersebut adalah Bp. Jaber, bersama istrinya Ibu Mursiah. Anak nya ada 5, 2 sudah menikah, 1 masih kerja, 1 meninggal, dan yang satunya masih sekolah. Keluarga Bp. Jaber sangat b...

On Friday after Friday prayers I and my friends gather in the field in front of the noble palace lab to begin the journey to Tapos village, Cinangka to start a moral safari. The purpose of moral safari is to increase our morals so as not to be arrogant and make humble people. We all arrived at Tapos village at 3 pm or if the time was ashar by walking from the noble palace to Tapos village with a distance of ± 3km with a time of about ± 1 hour. Arriving there we are in groups, 1 group consisting of 2-3 people. The group was made to occupy the residents' houses that were there. After sharing my group with two of my friends, I rushed to the residents' house that had been determined. The name of the head of the family in the house is Mr. Jaber, with his wife Mrs. Mursiah. There are 5 children, 2 are married, 1 is still working, 1 is dead, and the other is still in school. Mr. Jaber is very good to me and my friends. At night after the Maghrib prayer we had 3 meals t...

Indahnya Berbisnis Dengan Allah Anak ini biasa dipanggil Jocong . Entah siapa yang pertama kali memanggilnya dengan nama itu. Ia lahir tanggal 6 september 1976 di sebuah kampong Mariuk, Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi, tepatnya sekitar 78 kilometer dari pusat Kota Pelabuhan Ratu. Ayah Jocong adalah seorang buruh bangunan dan ibunya bekerja sebagai buruh tani. Ia tinggal di sebuah gubuk bamboo di pinggiran sungai Cikaso. Satu-satunya sungai yang biasa digunakan untuk segala hajat hidup orang kampung. Jocong belajar di sd Negeri Ciomas, yang jaraknya mencapai 5 km dari rumahnya. Pada tahun 1986 Jocong dipaksa keadaan untuk berhenti sekolah, karena tidak ada biaya. Kemudian Jocong diminta ayahnya merantau ke Jakarta. Sepekan kemudian ia memulai perjalanan menuju takdirnya, dengan berjalan kaki menelusuri jalan terjal, becek, dan berbatu. Jocong kecil terus melaju di jalan setapak untuk mencapai jalan aspal sejauh 25 km, karena ternyata uang yang dikumpulkannya tidak cukup u...

Beauty of Doing Business With God This child was called Jocong. I wonder who first called him by that name. He was born September 6, 1976 in a village Mariuk, Central Jampang Sukabumi district, around 78 kilometers from the center of Pelabuhan Ratu. Jocong father is a construction worker and his mother worked as a laborer. He lived in a bamboo hut on the river bank Cikaso. The only river that is used for all the lives of the villagers. Jocong studied at the State sd Ciomas, a distance of up to 5 kilometers from her home. In 1986 Jocong forced by circumstances to leave school, because there is no charge. Jocong then asked his father migrated to Jakarta. A week later he embarked on a journey to his destiny, to walk along the path is steep, muddy and rocky. Small Jocong keep going on the path to reach the asphalt road as far as 25 km, because it turns out the money that is collected is not enough to ride motorcycles. Hungry, tired, tired, thirsty, and heat of the sun did ...

JIHAD Tidak diragukan lagi bahwa jihad adalah amal kebaikan yang Allah syari’atkan dan menjadi sebab kokoh dan kemuliaan umat islam. Sebaliknya (mendapatkan kehinaan) bila umat Islam meninggalkan jihad di jalan Allah, sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang shohih [1], عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ Dari Ibnu Umar beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda, “ Apabila kalian telah berjual beli ‘inah, mengambil ekor sapi dan ridho dengan pertanian serta meninggalkan jihad maka Allah akan menimpakan kalian kerendahan (kehinaan). Allah tidak mencabutnya dari kalian sampai kalian kembali kepada agama kalian .” (HR. Abu Daud) Ibnu Taimiyah menyatakan, “Tidak diragukan lagi bahwa jih...